Denpasar: Pulau Bali memiliki aneka raga jenis kesenian, mulai seni pertunjukan hingga seni yang bersifat sakral. Salah satu jenis seni sakral yang dimiliki adalah tari Sanghyang Jaran, seperti yang ditampilkan di Denpasar, baru-baru ini.
Dalam atraksi tari Sanghyang Jarang, sejumlah pria terlihat menendang bara api batok kelapa yang ada di tengah arena. Tak hanya ditendang, bara api panas juga diinjak-injak hingga diambil menggunakan tangan.
Semua penari pria yang tampil dalam kondisi tidak sadar, kesurupan roh jaran atau kuda. Mereka berlari sambil menginjak atau memainkan bara api dengan kaki dan tangan telanjang. Kendati bara api sangat panas, tidak satupun penari yang mengalami luka bakar.

Proses selanjutnya adalah masolah, di mana para penari yang sudah kemasukan roh kuda mulai menari.
Rangkaian terakhir pertunjukan adalah ngalinggihang, yakni mengembalikan kesadaran penari dan melepas roh merasuki penari kembali ke asalnya. Dalam proses ini semua penari diperciki dengan air suci atau tirta.
Pada saat tarian dimulai, yang ada hanya api dari serabut kelapa yang dibakar dalam kegelapan. Tidak boleh ada lampu yang menyala. Berdasarkan apa yang disaksikan dalam ilen-ilen tersebut saat Sanghyang Jaran sedang ditampilkan ada yang menyalakan lampu. Terlihat penari mengamuk dan dalam keadaan mata yang tertutup berlari mengarah ke lampu dan ingin mengambilnya. Barulah lampu dimatikan dan penari Sanghyang Jaran kembali menari pada area api unggun.
Untuk menarikan tari Sanghyang Jaran tidak bisa diminta dan ditolak. Penari terlihat memainkan api layaknya memainkan air, tidka merasa panas. Berkali-kali api yang ada dalam area diambil dan dihamburkan hingga mengenai orang-orang yang menyaksikan tarian ini. Namun karena besarnya rasa penasaran untuk bisa melihat tarian ini, masyarakat tidak menajuh dari area meski tahu itu berbahaya. Tarian bersinergi dengan gambelan dan lagu yang semakin bersemangat. Ditambah dengan suara gongseng yang ada pada jambut yang digunakan penari
Tari Sang Hyang jaran digolongkan tari sakral karena hanya digelar pada
saat-saat tertentu, seperti saat terjadi wabah penyakit. Bagi masyarakat
Hindu Bali, tari ini dipercaya bisa menolak berbagai jenis roh jahat
hingga wabah penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar