
Sesuai arti katanya, ngeLawang dilakukan secara berpindah-pindah dari
satu rumah ke rumah lainnya atau dari satu pintu ke pintu lainnya. Di
dalam tarian ini ditampilkan 2 buah barong buntut (hanya bagian depan dari barong ket) dan sebuah punggalan (topeng) barong ket.
Apa yang kami saksikan pada hari ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang digambarkan oleh Babad Bali
tersebut. Hanya saja barong yang dipergunakan dalam tradisi ngeLawang
disini adalah Barong Bangkung (berupa sosok Babi) dan bukan Barong Ket.
Ngelawang memiliki makna melanglang lingkungan. Pada awalnya
ngelawang adalah sebuah ritus sakral magis yang disangga oleh
psiko-religi yang kuat. Benda-benda keramat seperti Barong dan Rangda,
misalnya, diusung ke luar pura berkeliling di lingkungan banjar atau
desa yang dimaknai sebagai bentuk perlindungan secara niskala kepada
seluruh masyarakat.
Kehadiran benda-benda yang disucikan itu ditunggu dan disongsong
dengan takzim oleh komunitasnya. Penduduk yang dapat memungut bulu-bulu
Barong atau Rangda yang tercecer, dengan penuh keyakinan, menjadikannya
obat mujarab atau jimat bertuah.
Tradisi ngelawang dalam konteks sakral magis sebagai persembahan
penolak bala itu juga bermakna sama pada pentas ngelawang Galungan.
Namun dalam perjalanannya, masyarakat Bali yang kreatif tak hanya
ngelawang mengusung benda-benda sakral namun dibuat tiruannya untuk
disajikan sebagai ngelawang tontonan. Itu merupakan sedikit dari asal
muasal dan fungsi dari ngelawang

Anak-anak di Kabupaten Klungkung, Bali, memiliki kegiatan unik yang mendatangkan uang untuk mengisi libur sekolah mereka. Mereka mengamen, namun dengan menggunakan alat-alat musik tradisional dan sejenis barongsai yang kerap disebut Ngelawang Barong.
Hampir sebagian anak-anak sekolah di Tabanan,Kerambitan , Bali, selama liburan galungan dan kuningan, memanfaatkan hari-harinya untuk mencari tambahan jajan dengan mengamen keliling.
Uniknya kegiatan mengamen yang mereka lakukan, tidak menggunakan alat musik gitar, melainkan musik tradisional khas Bali, berupa seperangkat gamelan sederhana,yang terdiri dari kendang,kecek,kempul,serta beberapa perangkat tambahan lain dan barong. Dalam bahasa Bali kegiatan ini disebut Ngelawang Barong.
Tanpa malu anak-anak ini mendatangi rumah warga satu persatu. Setelah menemukan rumah berpenghuni, barulah mereka beraksi. Diiringi bunyi kentongan, barong yang dibawa dua anak menari mengikuti irama musik kentongan.
Mereka mendapatkan imbalan berupa sejumlah uang dari warga. Bagi anak-anak ini, inilah yang menjadi daya tarik kegiatan Ngelawang Barong. Sebab uang bisa mereka gunakan untuk menambah uang jajan hingga membeli buku sekolah. “Ikut Ngelawang untuk ngisi liburan. Sebentar lagi kan mau Hari Raya Kuningan,” kata seorang anak yang ikut Ngelawang Barong.
Ngelawang Barong merupakan tradisi masyarakat Bali yang biasanya digelar menjelang perayaan Hari Raya Kuningan. Namun anak-anak sekolah kerap memanfaatkannya untuk mencari uang tambahan.
