Jumat, 02 Agustus 2013

PANDE GEDE SWANDIASA ( PENGERAJIN GAMBELAN "GONG TARI ") TIHINGAN
 
Tidak perlu heran jika kita melihat di sepanjang jalan Gong Gede banyak dihiasi papan nama buertuliskan pengrajin gamelan. Dari usaha kerajinan gamelan kelas rumahan sampai yang taraf internasional ada di sini. Desa Tihingan memang terkenal  produksi gamelan yang berkualitas. Desa Tihingan yang berlokasi di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, memang sudah sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena ketenarannya akan produksi gamelan. “Usaha saya ini sudah ada dari zaman nenek moyang. Desa ini memang sudah terkenal dengan produksi gamnelannya sampai ke luar negeri”,  ujar  Gede Swandiasa pemilik usaha kerajinan gamelan Gong Tari, salah satu pengrajin gamelan di Desa Tihingnan.
Bapak Swandiasa, begitu panggilan akrab beliau, mengatakan bahwa di setiap rumah memiliki prapen (sebutan untuk usaha gamelan) baik itu prapen besar maupun kelas rumahan. “Di desa ini (Tihingan) sesama pengrajin gamelan saling membantu dan melengkapi”, ujar I Gede Arnawa salah satu pengrajin gamelan yang ada di Desa Tihingan. Prapen besar di Desa Tihingan menyokong usaha prapen kecil dengan membantu pemasaran produk prapen kecil. “Di sini semua bekerja dengan asas kekeluargaan”, sambung Bapak Swandiasa yang juga selaku ketua kelompok Gamelan di Tihingan.
 
Klungkung adalah satu dari sepuluh kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Di kabupaten ini banyak terdapat obyek wisata, baik wisata: alam, sejarah, maupun budaya. Salah satu di antara sekian banyak objek wisata tersebut adalah Desa Tihingan yang berada di Kecamatan Banjarakan, Kabupaten Klungkung. Dari Kota Semarapura jaraknya sekitar 3 km ke arah barat.

Penduduknya sebagian besar (90%) perajin gong, baik perajin secara utuh (mampu memproduksi gong mulai dari pengolahan bahan hingga finishing gong secara lengkap) maupun perajin yang hanya mampu memproduski bagian-bagian dari gong, seperti: ceng-ceng, kempuk, dan panggul. Keahlian penduduknya dalam pembuatan gong inilah yang kemudian membuat nama desanya menjadi terkenal dan karenanya dijadikan sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Kabupaten Klungkung.

Selain gong, mereka juga membuat semara pegulingan, gender wayang, kelentang/angklung dan lain sebagainya. Para perajin tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok tukang dan kelompok ahli. Kelompok tukang adalah orang-orang yang membuat gong yang berbahan logam kerawang. Sedangkan, kelompok ahli adalah orang-orang yang menyelaraskan suara gong tersebut.

Asal-usul
Konon, para perajin Desa Tihingan adalah keturunan dari orang-orang kuat (kebal) yang diutus oleh Raja Klungkung untuk menjaga suatu tempat yang masih berupa alas tiying (hutan bambu) dengan batas Tukad Yeh Bubuh. Namun, pada saat terjadi peperangan antara Kerajaan Klungkung dan Gianyar, Raja Klungkung langsung mengutus orang-orang sakti (kebal senjata) itu untuk menjadi benteng pertahanan. Setelah berhasil mengamankan wilayah, orang-orang sakti itu memilih menetap dan tidak kembali ke daerahnya masing-masing. Sejak itulah, mereka menetap di alas tiying yang kini bernama Desa Pakraman Tihingan. Dan, untuk kelangsungan hidupnya, mereka membuat membuat gong. Keturunan dari orang-orang itulah yang saat ini menjadi pengrajin gong di Tihingan.

Tenaga Kerja
Seiring dengan semakin banyaknya pesanan --diantaranya dari sekaa-sekaa gong yang ada di Bali, sekolah-sekolah/kampus, instansi pemerintahan dan swasta se-Indonesia serta dari luar negeri seperti Jerman, Perancis, Belanda, Amerika dan India-- maka tenaga kerja pembuat gong pun harus didatangkan dari berbagai desa di sekitar Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng.

Bahan Baku
Selain sektor tenaga kerja yang terbatas, masih ada faktor lain yang menjadi kendala yaitu bahan baku yang berupa kerawang. Kerawang biasanya didatangkan dari Solo, dan terkadang dapat juga diracik sendiri dari campuran berbagai macam unsur seperti timah dan tembaga. Harga bahan baku ini menjadi kendala karena setiap ada kenaikan harga barang di pasar, harga bahan baku pun ikut naik. Ketika tulisan ini dibuat harga 1 kilogramnya Rp80.000,00. Sementara, konsumen selalu menginginkan gong yang berkualitas bagus dengan harga murah. Hal inilah yang membuat sektor industri kerajinan gong dan perangkat gamelan lainnya di Desa Tihingan sampai saat ini tidak dapat menjadi andalan dari Kabupaten Klungkung.

Senin, 29 Juli 2013

 PENGERAJIN GAMBELAN PANDE TIHINGAN

Dalam membuat trompong, pande bersama dengan pemesan atau pembeli gamelan tentu terlebih dahulu memikirkan dan memperhitungkan secara matang tentang jenis bahan yang akan dipakai dalam membuat trompong. Pande merupakan orang yang terlibat langsung pada suatu proses kreativitas dalam menghasilkan benda-benda yang berupa alat musik atau gamelan, senjata tradisional maupun seni rupa yang berupa ukiran. Seorang pande sangat pintar menggunakan berbagai kesempatan apa pun, asal tidak berlawanan dengan hati nuraninya akan dia kerjakan dengan sepenuh hati tanpa menoleh walaupun orang sekitarnya menganggapnya pekerjaan itu ’nista’ ia tak akan peduli asal tujuan mulianya dapat dicapai.
Di Desa Tihingan orang yang membuat gamelan disebut dengan pande gamelan atau tukang gambelan.
Pande gamelan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu orang yang memang merupakan keturunan warga pande (salah satu jenis kasta atau komunitas tertentu dalam wangsa tri wangsa di Bali) dan orang diluar warga pande seperti orang dari warga pasek dan arya tetapi memiliki kemampuan dalam hal pembuatan gamelan. Mereka menggeluti pekerjaan membuat gamelan berdasarkan pengaruh-pengaruh dari keturunan atau keterampilan yang dimiliki oleh leluhur mereka yang berkembang secara turun temurun sampai ke generasi berikutnya. Seperti keahlian seorang bapak membuat gamelan akan diikuti oleh anaknya, selain itu keahlian ini tidak terlepas dari bakat, kecerdasan serta kemampuan mereka, keterampilan ini dipergunakan sebagai sumber penghidupan bagi mereka, dan atas keterampilan dan kebiasaan mereka membuat gamelan maka mereka disebut dengan pande gambelan/pande gamelan.
Pande gamelan dalam menghasilkan kerajinan yang berupa Trompong Gong Kebyar tentu membutuhkan bahan-bahan maupun alat-alat sebagai unsur terpenting dalam proses pembuatannya. Di Bali pada umumnya gamelan yang sudah ada biasanya dibuat dengan bahan-bahan tersebut di bawah ini:


  1. bahan besi
  2. bahan krawang
  3. bahan bambu
  4. bahan kayu
  5. bahan kulit
  6. bahan kerang
Jenis-jenis bahan di atas menghasilkan karakteristik gamelan yang berbeda, serta masing-masing memiliki kualitas suara atau warna suara(colorite) yang berbeda dan tergantung dari bahan pembuatannya tersebut, maka dari itu dalam membuat gamelan terlebih dahulu harus mempertimbangkan jenis bahan yang cocok dipakai demi tercapainya keinginan yang sesuai dengan selera pemesan dan pembuatnya.
Trompong Gong Kebyar bisa saja dibuat dengan menggunakan bahan dari besi, namun mengingat penelitian ini dilakukan di Desa Tihingan dimana di daerah tersebut merupakan komunitas pengrajin gamelan yang membuat gamelan dengan memakai bahan dari krawang atau perunggu. Maka dari itu bahan yang menjadi obyek dalam pembahasan ini adalah bahan pembuatan Trompong Gong Kebyar dari bahan krawang.
Krawang telah diketahui oleh masyarakat Bali sebagai bahan pembuatan gamelan yang dapat menghasilkan gamelan dengan karakteristik yang berbeda dengan gamelan yang memakai bahan di luar krawang. Gamelan yang dibuat dari bahan krawang memiliki
penampilan dan suara yang khas. Meskipun Trompong Gong Kebyar dan instrumen-instrumen lain yang dibuat oleh pande gamelan bisa dibuat mempergunakan bahan di luar krawang yaitu menggunakan bahan besi, tetapi lebih banyak orang pemesan atau pembeli maupun pande gamelan memilih bahan krawang sebagai bahan baku pembuatannya, karena gamelan yang terbuat dari bahan krawang menghasilkan suara yang lebih nyaring dan getaran suara yang lebih panjang dari pada gamelan memakai bahan besi. Krawang sebagai bahan pembuatan gamelan telah disebut dalam tulisan R.Goris dalam buku sekelumit cara-cara pembuatan gamelan Bali oleh I Nyoman Rembang, yaitu:
Tentang memakai dan mengerjakan logam-logam, yang kemudian masuk ke Indonesia yaitu berasal dari India belakang teristimewa dari propinsi : tongkin. Kira-kira tiga ratus tahun sebelum masehi, orang-orang mulai memperdagangkan perkakas-perkakas perunggu dan juga alat-alat besi ke Indonesia. Dengan cepat orang Indonesia sendiri bisa menuangkan perunggu. Masa itu dinamai zaman perunggu ataupun juga kebudayaan Dongsen, yang berasal dari India belakang

Dari kutipan di atas memberi gambaran bahwa pada mulanya barang-barang atau perkakas yang ada di Indonesia merupakan barang-barang dari hasil perdagangan negara luar yang memberikan pengaruh pada perkembangan keterampilan orang Indonesia yang sebelumnya tidak bisa melakukan pengolahan terhadap bahan logam yaitu khususnya krawang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Indonesia telah memiliki teknik-teknik yang matang dalam mengolah bahan-bahan perunggu atau krawang hingga mampu menghasilkan barang-barang kerajinan yang berupa perabotan, perkakas, senjata tradisional, dan gamelan.
Beberapa pande gamelan di Desa Tihingan yang memiliki pengalaman dalam pengolahan dan membeli atau mencari krawang sebagai bahan pembuatan gamelan menceritakan bagaimana asal-usul krawang dijadikan bahan baku dalam pembuatan gamelan Bali. Menurut informasi dari I Wayan Redana, seorang penjual gamelan Bali menuturkan bahwa konon krawang didatangkan dari Negara Thailand melalui jalur perdagangan masuk ke Indonesia melewati perairan Sumatera ke Jawa. Melalui pulau Jawa didatangkan ke Bali hingga ke Desa Tihingan Klungkung oleh pedagang-pedagang logam dari Jawa yang dinamai pedagang rosoan. Bahan baku tersebut dinamakan lakar Siam atau krawang Siam. Disebut krawang Siam karena berasal dari daerahnya yaitu Thailand yang dikenal dengan sebutan Negara Siam.

PESTA KESENIAN BALI 2012 

 
Kedatangan Tim Pesta Kesenian Bali (PKB) Provinsi 2012 diterima langsung Bupati Klungkung I Wayan Candra di Balai Banjar Desa Adat Tihingan (22/5) Selasa sore kemarin. Kedatangan tim PKB Provinsi sebanyak 3 orang dengan maksud untuk meninjau kesiapan dari Gong Kebyar dan Tari-tarian baik dari duta dewasa maupun duta anak-anak. Peninjauan tersebut dihadiri Ketua DPRD Klungkung serta beberapa anggota DPRD Klungkung, Kadisbupar I Wayan Sujana serta beberapa Pejabat terkait lainnya.
Dalam kunjungan untuk melihat kesiapan Duta Klungkung, Tim Provinsi memuji komitmen Bupati Klungkung terhadap bidang Seni, yang ditunjukkan dengan ikut terjun membina Gong Kebyar dan Tari-tarian baik terhadap duta dewasa maupun anak-anak. Hal ini terlihat ketika Tim PKB Provinsi menyaksikan langsung demo Tetabuhan dan Tari-tarian yang dibawakan duta dewasa. Gong Kebyar dan Tarian yang dibawakan telah menunjukkan kesiapan yang matang untuk tampil dan ikut ambil bagian dalam Pesta Kesenian Bali 2012.
Setelah menyaksikan Gong Kebyar dan Tarian dari duta dewasa, Tim PKB Provinsi melanjutkan peninjauannya ke Balai Banjar Pangi, Desa Pikat Kecamatan Dawan untuk melihat kesiapan Duta anak-anak. Seperti halnya duta dewasa, duta dari anak-anak menunjukkan kesiapannya untuk tampil dan bersaing dengan Kabupaten lainnya pada tanggal 26 Juni 2012 nanti. Kesiapan tersebut diperlihatkan ketika duta dari anak-anak membawakan tetabuhan pepanggulan, tari maskot Kabupaten Klungkung Sekar Cempaka, tari Kreasi (Meong-meongan) dan Dolanan (Mepikat).
Walaupun kesiapan itu ditunjukkan duta dewasa dan duta anak-anak tetapi Tim PKB Provinsi memberikan sarannya untuk memperbaiki beberapa tampilan baik dari tetabuhan maupun dari tari-tarian mereka. Hal ini dilakukan karena ini adalah Pesta Kesenian Bali yang akan bersaing dengan Kabupaten lainnya di Bali, begitu juga dengan situasi dan kondisi di Arda Candra yang luas dan terbuka. Disarankan untuk latihan ditempat terbuka dengan areal yang luas supaya duta-duta nanti terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Bupati Candra dalam kesempatannya kemarin menyampaikan agar para duta baik dewasa maupun anak-anak tetap fokus pada materi yang akan dibawakan nanti karena waktunya kurang dari satu bulan untuk latihan. Tetap jaga kesehatan supaya bisa tampil maksimal dan bersaing dengan kabupaten lainnya. (humas klungkung)