Senin, 04 Agustus 2014


GAMELAN SEMAR PEGULINGAN
Gamelan semar pegulingan is an old variety of the Balinese gamelan. Dating back from around the 17th century, the style is sweeter and more reserved than the more popular and progressive Gamelan Gong Kebyar. Semar pegulingan is derived from the ancient flute ensemble gamelan gambuh which utilizes a 7 tone scale. Semar pegulingan also uses the 7 tone scale which enables several pathet (similar to modes or scales) to be played. Semar is the name of the Hindu God of love and pegulingan means roughly 'laying down'. It was originally played near the sleeping chambers of the palace to lull the king and his concubines to sleep. The ensemble includes suling, various small percussion instruments similar to sleigh bells and finger cymbals, and trompong - a row of small kettle gongs that play the melody. A similar type of ensemble, Gamelan Pelegongan, substitutes a pair of gendérs for the trompong as the melody carrier and plays the music for a set of dances known as legong.

In 
mediaeval Bali (circa 1700-1906) gamelan semar pegulingan was an important part of the Balinese courts. Accompanying court rituals and pendet dances at temple ceremonies, Semar pegulingan also served to lull the royal family to sleep when it played in the late evenings in the inner sanctum of the palace. There are very few of these gamelan left in Bali. This orchestra is used primarily for instrumental pieces, as the dance repertoire is long since forgotten. The orchestra includes saron jongkok, a gentorag bell-tree, gumanak tube chimes and a kempyung–all features of court gamelan.



Jumat, 02 Agustus 2013

PANDE GEDE SWANDIASA ( PENGERAJIN GAMBELAN "GONG TARI ") TIHINGAN
 
Tidak perlu heran jika kita melihat di sepanjang jalan Gong Gede banyak dihiasi papan nama buertuliskan pengrajin gamelan. Dari usaha kerajinan gamelan kelas rumahan sampai yang taraf internasional ada di sini. Desa Tihingan memang terkenal  produksi gamelan yang berkualitas. Desa Tihingan yang berlokasi di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, memang sudah sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena ketenarannya akan produksi gamelan. “Usaha saya ini sudah ada dari zaman nenek moyang. Desa ini memang sudah terkenal dengan produksi gamnelannya sampai ke luar negeri”,  ujar  Gede Swandiasa pemilik usaha kerajinan gamelan Gong Tari, salah satu pengrajin gamelan di Desa Tihingnan.
Bapak Swandiasa, begitu panggilan akrab beliau, mengatakan bahwa di setiap rumah memiliki prapen (sebutan untuk usaha gamelan) baik itu prapen besar maupun kelas rumahan. “Di desa ini (Tihingan) sesama pengrajin gamelan saling membantu dan melengkapi”, ujar I Gede Arnawa salah satu pengrajin gamelan yang ada di Desa Tihingan. Prapen besar di Desa Tihingan menyokong usaha prapen kecil dengan membantu pemasaran produk prapen kecil. “Di sini semua bekerja dengan asas kekeluargaan”, sambung Bapak Swandiasa yang juga selaku ketua kelompok Gamelan di Tihingan.
 
Klungkung adalah satu dari sepuluh kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Di kabupaten ini banyak terdapat obyek wisata, baik wisata: alam, sejarah, maupun budaya. Salah satu di antara sekian banyak objek wisata tersebut adalah Desa Tihingan yang berada di Kecamatan Banjarakan, Kabupaten Klungkung. Dari Kota Semarapura jaraknya sekitar 3 km ke arah barat.

Penduduknya sebagian besar (90%) perajin gong, baik perajin secara utuh (mampu memproduksi gong mulai dari pengolahan bahan hingga finishing gong secara lengkap) maupun perajin yang hanya mampu memproduski bagian-bagian dari gong, seperti: ceng-ceng, kempuk, dan panggul. Keahlian penduduknya dalam pembuatan gong inilah yang kemudian membuat nama desanya menjadi terkenal dan karenanya dijadikan sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Kabupaten Klungkung.

Selain gong, mereka juga membuat semara pegulingan, gender wayang, kelentang/angklung dan lain sebagainya. Para perajin tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok tukang dan kelompok ahli. Kelompok tukang adalah orang-orang yang membuat gong yang berbahan logam kerawang. Sedangkan, kelompok ahli adalah orang-orang yang menyelaraskan suara gong tersebut.

Asal-usul
Konon, para perajin Desa Tihingan adalah keturunan dari orang-orang kuat (kebal) yang diutus oleh Raja Klungkung untuk menjaga suatu tempat yang masih berupa alas tiying (hutan bambu) dengan batas Tukad Yeh Bubuh. Namun, pada saat terjadi peperangan antara Kerajaan Klungkung dan Gianyar, Raja Klungkung langsung mengutus orang-orang sakti (kebal senjata) itu untuk menjadi benteng pertahanan. Setelah berhasil mengamankan wilayah, orang-orang sakti itu memilih menetap dan tidak kembali ke daerahnya masing-masing. Sejak itulah, mereka menetap di alas tiying yang kini bernama Desa Pakraman Tihingan. Dan, untuk kelangsungan hidupnya, mereka membuat membuat gong. Keturunan dari orang-orang itulah yang saat ini menjadi pengrajin gong di Tihingan.

Tenaga Kerja
Seiring dengan semakin banyaknya pesanan --diantaranya dari sekaa-sekaa gong yang ada di Bali, sekolah-sekolah/kampus, instansi pemerintahan dan swasta se-Indonesia serta dari luar negeri seperti Jerman, Perancis, Belanda, Amerika dan India-- maka tenaga kerja pembuat gong pun harus didatangkan dari berbagai desa di sekitar Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng.

Bahan Baku
Selain sektor tenaga kerja yang terbatas, masih ada faktor lain yang menjadi kendala yaitu bahan baku yang berupa kerawang. Kerawang biasanya didatangkan dari Solo, dan terkadang dapat juga diracik sendiri dari campuran berbagai macam unsur seperti timah dan tembaga. Harga bahan baku ini menjadi kendala karena setiap ada kenaikan harga barang di pasar, harga bahan baku pun ikut naik. Ketika tulisan ini dibuat harga 1 kilogramnya Rp80.000,00. Sementara, konsumen selalu menginginkan gong yang berkualitas bagus dengan harga murah. Hal inilah yang membuat sektor industri kerajinan gong dan perangkat gamelan lainnya di Desa Tihingan sampai saat ini tidak dapat menjadi andalan dari Kabupaten Klungkung.

Senin, 29 Juli 2013

 PENGERAJIN GAMBELAN PANDE TIHINGAN

Dalam membuat trompong, pande bersama dengan pemesan atau pembeli gamelan tentu terlebih dahulu memikirkan dan memperhitungkan secara matang tentang jenis bahan yang akan dipakai dalam membuat trompong. Pande merupakan orang yang terlibat langsung pada suatu proses kreativitas dalam menghasilkan benda-benda yang berupa alat musik atau gamelan, senjata tradisional maupun seni rupa yang berupa ukiran. Seorang pande sangat pintar menggunakan berbagai kesempatan apa pun, asal tidak berlawanan dengan hati nuraninya akan dia kerjakan dengan sepenuh hati tanpa menoleh walaupun orang sekitarnya menganggapnya pekerjaan itu ’nista’ ia tak akan peduli asal tujuan mulianya dapat dicapai.
Di Desa Tihingan orang yang membuat gamelan disebut dengan pande gamelan atau tukang gambelan.
Pande gamelan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu orang yang memang merupakan keturunan warga pande (salah satu jenis kasta atau komunitas tertentu dalam wangsa tri wangsa di Bali) dan orang diluar warga pande seperti orang dari warga pasek dan arya tetapi memiliki kemampuan dalam hal pembuatan gamelan. Mereka menggeluti pekerjaan membuat gamelan berdasarkan pengaruh-pengaruh dari keturunan atau keterampilan yang dimiliki oleh leluhur mereka yang berkembang secara turun temurun sampai ke generasi berikutnya. Seperti keahlian seorang bapak membuat gamelan akan diikuti oleh anaknya, selain itu keahlian ini tidak terlepas dari bakat, kecerdasan serta kemampuan mereka, keterampilan ini dipergunakan sebagai sumber penghidupan bagi mereka, dan atas keterampilan dan kebiasaan mereka membuat gamelan maka mereka disebut dengan pande gambelan/pande gamelan.
Pande gamelan dalam menghasilkan kerajinan yang berupa Trompong Gong Kebyar tentu membutuhkan bahan-bahan maupun alat-alat sebagai unsur terpenting dalam proses pembuatannya. Di Bali pada umumnya gamelan yang sudah ada biasanya dibuat dengan bahan-bahan tersebut di bawah ini:


  1. bahan besi
  2. bahan krawang
  3. bahan bambu
  4. bahan kayu
  5. bahan kulit
  6. bahan kerang
Jenis-jenis bahan di atas menghasilkan karakteristik gamelan yang berbeda, serta masing-masing memiliki kualitas suara atau warna suara(colorite) yang berbeda dan tergantung dari bahan pembuatannya tersebut, maka dari itu dalam membuat gamelan terlebih dahulu harus mempertimbangkan jenis bahan yang cocok dipakai demi tercapainya keinginan yang sesuai dengan selera pemesan dan pembuatnya.
Trompong Gong Kebyar bisa saja dibuat dengan menggunakan bahan dari besi, namun mengingat penelitian ini dilakukan di Desa Tihingan dimana di daerah tersebut merupakan komunitas pengrajin gamelan yang membuat gamelan dengan memakai bahan dari krawang atau perunggu. Maka dari itu bahan yang menjadi obyek dalam pembahasan ini adalah bahan pembuatan Trompong Gong Kebyar dari bahan krawang.
Krawang telah diketahui oleh masyarakat Bali sebagai bahan pembuatan gamelan yang dapat menghasilkan gamelan dengan karakteristik yang berbeda dengan gamelan yang memakai bahan di luar krawang. Gamelan yang dibuat dari bahan krawang memiliki
penampilan dan suara yang khas. Meskipun Trompong Gong Kebyar dan instrumen-instrumen lain yang dibuat oleh pande gamelan bisa dibuat mempergunakan bahan di luar krawang yaitu menggunakan bahan besi, tetapi lebih banyak orang pemesan atau pembeli maupun pande gamelan memilih bahan krawang sebagai bahan baku pembuatannya, karena gamelan yang terbuat dari bahan krawang menghasilkan suara yang lebih nyaring dan getaran suara yang lebih panjang dari pada gamelan memakai bahan besi. Krawang sebagai bahan pembuatan gamelan telah disebut dalam tulisan R.Goris dalam buku sekelumit cara-cara pembuatan gamelan Bali oleh I Nyoman Rembang, yaitu:
Tentang memakai dan mengerjakan logam-logam, yang kemudian masuk ke Indonesia yaitu berasal dari India belakang teristimewa dari propinsi : tongkin. Kira-kira tiga ratus tahun sebelum masehi, orang-orang mulai memperdagangkan perkakas-perkakas perunggu dan juga alat-alat besi ke Indonesia. Dengan cepat orang Indonesia sendiri bisa menuangkan perunggu. Masa itu dinamai zaman perunggu ataupun juga kebudayaan Dongsen, yang berasal dari India belakang

Dari kutipan di atas memberi gambaran bahwa pada mulanya barang-barang atau perkakas yang ada di Indonesia merupakan barang-barang dari hasil perdagangan negara luar yang memberikan pengaruh pada perkembangan keterampilan orang Indonesia yang sebelumnya tidak bisa melakukan pengolahan terhadap bahan logam yaitu khususnya krawang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Indonesia telah memiliki teknik-teknik yang matang dalam mengolah bahan-bahan perunggu atau krawang hingga mampu menghasilkan barang-barang kerajinan yang berupa perabotan, perkakas, senjata tradisional, dan gamelan.
Beberapa pande gamelan di Desa Tihingan yang memiliki pengalaman dalam pengolahan dan membeli atau mencari krawang sebagai bahan pembuatan gamelan menceritakan bagaimana asal-usul krawang dijadikan bahan baku dalam pembuatan gamelan Bali. Menurut informasi dari I Wayan Redana, seorang penjual gamelan Bali menuturkan bahwa konon krawang didatangkan dari Negara Thailand melalui jalur perdagangan masuk ke Indonesia melewati perairan Sumatera ke Jawa. Melalui pulau Jawa didatangkan ke Bali hingga ke Desa Tihingan Klungkung oleh pedagang-pedagang logam dari Jawa yang dinamai pedagang rosoan. Bahan baku tersebut dinamakan lakar Siam atau krawang Siam. Disebut krawang Siam karena berasal dari daerahnya yaitu Thailand yang dikenal dengan sebutan Negara Siam.

PESTA KESENIAN BALI 2012 

 
Kedatangan Tim Pesta Kesenian Bali (PKB) Provinsi 2012 diterima langsung Bupati Klungkung I Wayan Candra di Balai Banjar Desa Adat Tihingan (22/5) Selasa sore kemarin. Kedatangan tim PKB Provinsi sebanyak 3 orang dengan maksud untuk meninjau kesiapan dari Gong Kebyar dan Tari-tarian baik dari duta dewasa maupun duta anak-anak. Peninjauan tersebut dihadiri Ketua DPRD Klungkung serta beberapa anggota DPRD Klungkung, Kadisbupar I Wayan Sujana serta beberapa Pejabat terkait lainnya.
Dalam kunjungan untuk melihat kesiapan Duta Klungkung, Tim Provinsi memuji komitmen Bupati Klungkung terhadap bidang Seni, yang ditunjukkan dengan ikut terjun membina Gong Kebyar dan Tari-tarian baik terhadap duta dewasa maupun anak-anak. Hal ini terlihat ketika Tim PKB Provinsi menyaksikan langsung demo Tetabuhan dan Tari-tarian yang dibawakan duta dewasa. Gong Kebyar dan Tarian yang dibawakan telah menunjukkan kesiapan yang matang untuk tampil dan ikut ambil bagian dalam Pesta Kesenian Bali 2012.
Setelah menyaksikan Gong Kebyar dan Tarian dari duta dewasa, Tim PKB Provinsi melanjutkan peninjauannya ke Balai Banjar Pangi, Desa Pikat Kecamatan Dawan untuk melihat kesiapan Duta anak-anak. Seperti halnya duta dewasa, duta dari anak-anak menunjukkan kesiapannya untuk tampil dan bersaing dengan Kabupaten lainnya pada tanggal 26 Juni 2012 nanti. Kesiapan tersebut diperlihatkan ketika duta dari anak-anak membawakan tetabuhan pepanggulan, tari maskot Kabupaten Klungkung Sekar Cempaka, tari Kreasi (Meong-meongan) dan Dolanan (Mepikat).
Walaupun kesiapan itu ditunjukkan duta dewasa dan duta anak-anak tetapi Tim PKB Provinsi memberikan sarannya untuk memperbaiki beberapa tampilan baik dari tetabuhan maupun dari tari-tarian mereka. Hal ini dilakukan karena ini adalah Pesta Kesenian Bali yang akan bersaing dengan Kabupaten lainnya di Bali, begitu juga dengan situasi dan kondisi di Arda Candra yang luas dan terbuka. Disarankan untuk latihan ditempat terbuka dengan areal yang luas supaya duta-duta nanti terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Bupati Candra dalam kesempatannya kemarin menyampaikan agar para duta baik dewasa maupun anak-anak tetap fokus pada materi yang akan dibawakan nanti karena waktunya kurang dari satu bulan untuk latihan. Tetap jaga kesehatan supaya bisa tampil maksimal dan bersaing dengan kabupaten lainnya. (humas klungkung)

Senin, 24 Desember 2012




 Sesuai arti katanya, ngeLawang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya atau dari satu pintu ke pintu lainnya. Di dalam tarian ini ditampilkan 2 buah barong buntut (hanya bagian depan dari barong ket) dan sebuah punggalan (topeng) barong ket.
Apa yang kami saksikan pada hari ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang digambarkan oleh Babad Bali  tersebut. Hanya saja barong yang dipergunakan dalam tradisi ngeLawang disini adalah Barong Bangkung (berupa sosok Babi) dan bukan Barong Ket.
Ngelawang memiliki makna melanglang lingkungan. Pada awalnya ngelawang adalah sebuah ritus sakral magis yang disangga oleh psiko-religi yang kuat. Benda-benda keramat seperti Barong dan Rangda, misalnya, diusung ke luar pura berkeliling di lingkungan banjar atau desa yang dimaknai sebagai bentuk perlindungan secara niskala kepada seluruh masyarakat.
Kehadiran benda-benda yang disucikan itu ditunggu dan disongsong dengan takzim oleh komunitasnya. Penduduk yang dapat memungut bulu-bulu Barong atau Rangda yang tercecer, dengan penuh keyakinan, menjadikannya obat mujarab atau jimat bertuah.
Tradisi ngelawang dalam konteks sakral magis sebagai persembahan penolak bala itu juga bermakna sama pada pentas ngelawang Galungan. Namun dalam perjalanannya, masyarakat Bali yang kreatif tak hanya ngelawang mengusung benda-benda sakral namun dibuat tiruannya untuk disajikan sebagai ngelawang tontonan. Itu merupakan sedikit dari asal muasal dan fungsi dari ngelawang





Anak-anak di Kabupaten Klungkung, Bali, memiliki kegiatan unik yang mendatangkan uang untuk mengisi libur sekolah mereka. Mereka mengamen, namun dengan menggunakan alat-alat musik tradisional dan sejenis barongsai yang kerap disebut Ngelawang Barong.
Hampir sebagian anak-anak sekolah di Tabanan,Kerambitan , Bali, selama liburan galungan dan kuningan, memanfaatkan hari-harinya untuk mencari tambahan jajan dengan mengamen keliling.
Uniknya kegiatan mengamen yang mereka lakukan, tidak menggunakan alat musik gitar, melainkan musik tradisional khas Bali, berupa seperangkat gamelan sederhana,yang terdiri dari kendang,kecek,kempul,serta beberapa perangkat tambahan lain dan barong. Dalam bahasa Bali kegiatan ini disebut Ngelawang Barong.
Tanpa malu anak-anak ini mendatangi rumah warga satu persatu. Setelah menemukan rumah berpenghuni, barulah mereka beraksi. Diiringi bunyi kentongan, barong yang dibawa dua anak menari mengikuti irama musik kentongan.
Mereka mendapatkan imbalan berupa sejumlah uang dari warga. Bagi anak-anak ini, inilah yang menjadi daya tarik kegiatan Ngelawang Barong. Sebab uang bisa mereka gunakan untuk menambah uang jajan hingga membeli buku sekolah. “Ikut Ngelawang untuk ngisi liburan. Sebentar lagi kan mau Hari Raya Kuningan,” kata seorang anak yang ikut Ngelawang Barong.
Ngelawang Barong merupakan tradisi masyarakat Bali yang biasanya digelar menjelang perayaan Hari Raya Kuningan. Namun anak-anak sekolah kerap memanfaatkannya untuk mencari uang tambahan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiir5p825z-IMs-5_xaYhRUyH90BjK-6Xx7dluARklzPGSRrE4aTxNIZ8y6pvzQ2-z9DiNSh8o5P7_VX8nu0TycBS-1y8GWwwx-qzmAxesedeZMsB5Mu_gW23PZuugj7RvWWo7eaW7mSGc/s1600/IMG_7054+copy.jpg
Kasta Pande Tidak Boleh Memakan Be Jeleg 
(Jangga Wadita) 
 Pada tahun 1556 Masehi, ketika terjadi pembrontakan atas pemerintahan Dalem Bekung yang dilakukan oleh Arya Batan Jeruk ( keturunan arya kepakisan ) sehingga Arya Batan dianggap Angesti Muji Dadia Sang Prabu. ( bercita2 ingin menjadi Raja ). Akhirnya Arya Batan Jeruk tewas setelah di kejar sampai Bonganya, Karang Asem. Pembrontakan selanjutnya dilakukan oleh Kyayi Pande Bhasa, yang terlibat pembrontakan ini Dalah Keluarga Pande Capung yang didukung keluarga besar.
Kerajaan Gelgel terpecah belah terutama keturunan Majapahit. Mereka menegaskan jati diri, karena ada unsur saling curiga. Para pasek dan Pande mebantu penguasa yang dekat sama mereka. Kasta Pande adalah salah satu kasta yang memiliki kelebihan mengolah besi untuk dijadikan keris atau pedang. Banyak orang yang mempercayai keris buatan kasta Pande memiliki keunikan tersendiri. Pada zaman itu, tidak hanya kasta Pande saja yang pintar membuat keris, membuat keris merupakan ajang persaingan untuk menarik para konsumen. Konon katanya jika orang yang berkasta Pande bertempur dengan pesaingnya, keris yang digunakan itu  tidak sampai menancap ketubuh lawannya, tetapi  keris hanya dibuka dan dipegang(ngungkulin) pesaingnya sudah tewas.
 
 
http://4.bp.blogspot.com/-H7v5Eq_iL78/TrpZDR-22FI/AAAAAAAABV4/ik9KDFQQubs/s1600/ikan%2Bgabus.jpg
 GAMBAR BE JELEG / IKAN GABUS

 Ketika pembrontakan dapat di padamkan yang memihak raja tetap tinggal di Gelgel dan yang memihak para pemberontak mengungsi dan menyelamatkan diri, karena keterlibatan para pande terutama di Klungkung. Sewaktu-waktu para pande dapat terbunuh. Sang Bhagawan sebagai penasehat Raja bercerita kepada Raja bahwa penyebab kekacauan yang merajarela adalah Sire Pande. Menurut Bhagawan, Sire Pande yang membuat senjata ke sana ke mari dan meyakinkan raja bahwa Sire Pande menyebabkan hal itu dan menyarankan membunuh semua Sire Pande sampai habis karena jadi biang keladi. Ida Dalem menerima saran dari Sang Bhagawan dan memerintahkan membunuh seluruh warga Pande baik yang kecil, bayi, muda, tua tanpa pri kemanusiaan.
Tetapi atas perlidungan Ida Ratu Bagus Pande ada seorang warga Pande masih hidup. Warga pande itu dilindungi dan di sembunyikan oleh Jangga Wadita ( be jeleg ) di bawah air terjun, di Sawah Gambangan. Orang yang memburu kasta Pande itu berpikir tidak mungkin kasta Pande bersembunyi di telaga itu. Ikan yang ada  di telaga itu tidak beranjak pergi.  Jika air terjun ini menjadi persembunyian kasta Pande sudah  pasti ikan Gabus yang mengambang di telaga ini akan pergi, dan gelombang airpun tidak ada sama sekali. Dengan mengalami kejadian itu kasta Pande bersumpah sampai keturunannya tidak akan memakan ikan Gabus. Oleh karena itu, Pura Gande Mayu yang ada di Klungkung, kasta Pande dan Ida Bagus menjadi satu Pemedalan. Hanya dibatasi dengan tembok penyengker Pura.

Tari Jauk

Tari Jauk ini menggambarkan raja atau pemimpin yang sangat angkuh dan sombong seperti raksasa bermahkotakan raja.

Lukisan Tari Jauk
  Tari Jauk  dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Jauk keras, seperti namanya, gerakannya pun lebih bringas. dimana gerakannya lebih energik dan gambelan gongnya pun cepat. biasanya mempunyai standar gerakan sendiri. Topeng yang di pakai adalah topeng yang berwarna merah, dimana menggambarkan keberingasan sang Raksasa.
Topeng yang dipakai seperti ini. jadi merah, ada kumis dan mata melotot tajam. menggambarkan kebringasan.

2. Jauk Manis, jauk ini seperti namanya, mempunyai gerakan yang lebih berwibawa. aslinya jauk manis ini pakaiannya sama dengan jauk keras tapi bedanya ada di topengnya dimana topengnya berwarna putih dan kelihatan lebih berwibawa.
Karena jauk Manis ini jauh lebih fleksibel dari jauk keras, para seniman tari di Bali akhirnya mengimprovisasi dan membentuk tarian jauk yang berbeda. misalnya Topeng tua, tari ini termasuk tari topeng jauk. dimana menggambarkan orang tua. jadi gerakannya pun mirip seperti orang tua. itulah keunggulan jauk manis yaitu topengnya lebih lembut dari jauk keras.

http://lh3.ggpht.com/-dmfzxbK_974/TKkoVZgIXDI/AAAAAAAATcw/6clDduB5jrQ/Bali-86.jpg